Being a vessel to bless others

One man gives freely, yet gains even more; another withholds unduly, but comes to poverty. A generous man will prosper; he who refreshes others will himself be refreshed.
Proverbs 11:24-25

Salah satu alasan Tuhan mempercayakan uang kepada kita adalah untukmemberkati orang lain dengan memenuhi kebutuhan  mereka. Tuhan menggunakan transfer finansial dalam Tubuh Kristus untuk membangun persatuan di antara orang percaya. Kadang kita menahan uang yang sebenarnya Tuhan telah tujukan untuk kebutuhan orang lain. Dia ingin memberkati melalui kita, tetapi kehendak-Nya tidak dapat dicapai melalui kita jika kita tidak taat.

https://royantonapitupulu.files.wordpress.com/2012/08/il_570xn-262912715.jpg?w=240

Pernah seorang pengusaha bercerita tentang saat ketika Tuhan menyuruhnya untuk memberikan bonus tahunan perusahaan yang dia kelola. Tuhan mengarahkan dia untuk memberikan bonus akhir  tahunnya bagi seorang karyawan sebagai rasa terima kasih dan  apresiasi untuknya. Ia bergumul dengan Tuhan sampai selama tiga hari penuh sebelum akhirnya mentaati Tuhan tentang perkara tersebut. Ketika ia akhirnya bertemu dengan karyawan itu dan memberikannya sebuah cek, karyawan itu bercerita bahwa dia telah berdoa untuk  sebuah kebutuhan keuangan selama tiga hari sebelumnya. Lalu katanya lagi, akhirnya karena sangat terdesak, dia meminjam uang untuk memenuhi kebutuhannya itu. Yang menakjubkan adalah, jumlah uang  yang dipinjam ternyata persis sejumlah uang dalam cek yang  diberikan pengusaha itu.

Tuhan sudah berencana untuk menyediakan kebutuhan karyawan itu  melalui sang pengusaha tadi, tetapi karena dia ragu-ragu, dia  hampir kehilangan kesempatan untuk menjadi alat Tuhan dalam hidup karyawan tersebut. Juga sebenarnya, dia bisa mencegah karyawan itu dari keharusan untuk meminjam uang kalau saja dia taat sejak hari  pertama dia dengar suara Tuhan. Itu adalah pelajaran penting bagi  sang pemilik usaha itu.

Lalu bagaimana dengan kita? Berapa banyak orang yang mungkin telah  kita lewatkan karena kita pikir bahwa “panen” yang Allah berikan itu  semua milik kita? Di mana-mana di dunia ini, tekanannya adalah untuk selalu menaiki tangga akumulasi materi. Yesus pernah memperingatkan  kita tentang hal ini. Jika fokus kita adalah pada akumulasi, kita  tidak akan melihat kesempatan untuk menjadi alat Tuhan dalam hal  berkat keuangan / finansial bagi orang lain.

Mari berdoa supaya kita memiliki tangan yang terbuka ketika datang  waktunya untuk memberi. Blessed to Bless. Tuhan memberkati..

Surat dari neraka

Suatu hari seorang remaja bernama Louise sedang tertidur di tempat tidurnya dan bermimpi sesuatu yang sangat membuatnya gelisah. Dia bermimpi bahwa seseorang di neraka menulis surat kepadanya, dan itu akan diserahkan kepadanya oleh seorang utusan.

Utusan itu menyeberang di antara lautan api yang menyala-nyala dan belerang panas yang menghanguskan neraka, dan kemudian utusan itu menemukan pintu menuju jalan yang akan membawanya ke dunia luar. Louise bermimpi bahwa utusan itu berjalan ke rumahnya, masuk, dan dengan lembut namun tegas segera membangunkan Louise. Dia lalu memberinya surat itu, dan hanya mengatakan bahwa seorang teman telah menulis kepada dia dari Neraka. Louise, dalam mimpinya, dengan tangan gemetar mengambil surat itu dan membaca:

Temanku..

Aku sekarang berdiri di dalam Penghakiman, dan entah bagaimana aku merasa bahwa kamulah yang harus disalahkan..

Ketika di dunia, aku berjalan dengan kamu hari demi hari, dan tidak pernah kamu menunjukkan jalan yang sesungguhnya..

Kamu mengenal Tuhan dalam kebenaran dan kemuliaan, tetapi kamu tidak pernah bercerita..

Pengetahuan saya saat itu sangat redup, kamu seharusnya bisa memimpin saya untuk mengalami perjumpaan dengan Dia..

Meskipun kita hidup bersama di dunia, kamu tidak pernah menceritakan kepadaku tentang kelahiran yang kedua, dan sekarang aku berdiri di sini hari ini dijatuhi hukuman mati, karena kamu gagal untuk memperkenalkan-Nya..

Kamu mengajarkanku banyak hal, itu benar, aku bahkan memanggilmu “teman” dan mempercayaimu..

Tapi sekarang aku telah belajar bahwa sudah terlambat, seharusnya kamu bisa menolongku dari nasib mengerikan ini..

Kita berjalan bersama di siang hari dan berbicara banyak hal pada malam hari, namun kamu tidak pernah menunjukkan Terang itu..

Kamu membiarkan aku terus menjalani hidupku, berusaha mencintai, dan akhirnya mati, kamu tahu sebenarnya aku tidak pernah hidup..

Ya, aku memanggilmu “teman” dalam hidup, dan selalu mempercayaimu melalui sukacita dan perselisihan..

Hingga tiba hari ini, saat akhir dari segalanya bagiku, begitu pedih hatiku, aku tidak bisa, tidak mampu lagi sekarang, memanggilmu “teman”..

MARSHAAAAAA….!! Teriak Louise terbangun. Mimpi itu masih begitu nyata dalam pikirannya, dan keringat membasahi tubuhnya. Dia bersumpah ia masih bisa mencium bau belerang dan asap dari kamarnya. Saat ia merenungkan arti mimpinya, Louise begitu hanyut dalam penyesalan dan kesedihan karena menyadari bahwa dari semua kasih sayang yang ia tumpahkan bagi temannya Marsha, dia belum pernah sekalipun menceritakan tentang Kristus yang terlebih dahulu mengasihi dan mati baginya. Saat ia memikirkan itu, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa besok pagi, ia akan bergegas ke rumah Marsha dan menceritakan kasih Kristus kepadanya.

Besoknya ia pergi ke rumah Marsha dengan menggenggam alkitabnya, lalu dari jauh tampaklah keramaian yang tidak biasa di rumah Marsha. Louise takut sekali, karena itu sepertinya keramaian itu adalah kumpulan orang2 yang sedang menangis dan berduka. Louise berlari sekuat tenaga, dia takut sekali apa yang dipikirkannya benar-benar menjadi kenyataan.

MARSHAAAA….!! Begitu teriaknya sambil berlari.. Kakak Marsha segera mendapatkan Louise dan berusaha menenangkannya..Apa yang terjadi? Di mana Marsha kaakk? tanya Louise. Kakak Marsha mulai menangis, “Louise, bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Marsha sudah pergi Louise….. Lalu Louise yang terperanjat berkata, “Marsha pergi kemana kak?? Kakak bohooong.. Marsha ada di dalam kan??? Kak… Jawab kak.” Sang kakak sambil terus menangis berkata, “Marsha kemarin mengalami kecelakaan mobil dan ia meninggalkan kami semua….. Louise, tidak percaya, dan tangisnya semakin menjadi dalam ketidakmampuannya berkata-kata.. Dia menerobos ke dalam dan mendapati tubuh kaku dan dingin itu telah terbaring di dalam peti. Dengan sebuah alkitab di tangan kanannya, Louise terjatuh dan menangis…. “Marsha, maafkan aku…. maafkan aku Marsha ……….” Louise terus menangis meratapi kepergian Marsha, teman baiknya yang meninggal tanpa mengenal Kristus..

Seringkali sebenarnya kita mendapati banyak teman-teman kita, teman sekolah, teman kuliah, tetangga kita, teman kerja yang sering kali bercanda, bermain dan bergaul dengan kita masih belum mengenal Kristus. Namun kita seolah-olah cuek dan tidak perduli kalau mereka sedang berjalan menuju maut. Kita tidak pernah tahu kapan hidup seseorang akan berakhir. Kita juga tidak cukup perduli kepada mereka, seringkali kita hanya mendoakan mereka satu kali lalu lupa. Dan bahkan kita yakin bahwa Tuhan akan mengirimkan seseorang untuk memberitakan injil kepada mereka, dan itu bukan kita! Kita berdoa, kadang hanya untuk berdalih, padahal kita takut dan ingin lari dari tanggung jawab yang Tuhan telah taruh di kehidupan kita. Menjadikan semua bangsa murid Tuhan Yesus adalah amanat agung dari Tuhan Yesus yang telah diberikan pada kita, dan ini bukanlah pilihan, tetapi Ini adalah amanat agung yang harus kita jalankan.. To be saved is to be sent!

Iman dapat dibuktikan

Iman adalah bukti dan imanpun dapat dibuktikan. Yang tidak dapat dibuktikan, bukan iman namanya, itu hanya kepercayaan kosong.

1Pe 1:7  Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu–yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api–

Yes, iman dapat dibuktikan karena iman itu memang terbukti! Dengan apa dia dibuktikan ? Ya dengan api. Iman, pengakuan dan janji yang sejati akan cemerlang karena api sementara iman dan janji palsu akan layu karena nyala api.

Karena itu kita doakan apa yang betul-betul kita percaya untuk dapatkan. Dan kita ucapkan janji-janji yang sedikit yang akan kita pegang, selamanya dan kita buat komitmen-komitmen yang teruji. Karena semua itu akan dibuktikan oleh nyala api. Janji manis kita akan diuji oleh pengorbanan yang sakit bg daging.

Kenyamanan adalah pembunuh iman yang sejati hari-hari ini. Karena ingat, iman dapat dibuktikan! Dia bukanlah omong kosong manusia dan khayalan yang digerakkan emosi yang besar. Bukanlah berasal dari seorang yang banyak keinginan tapi lemah kesungguhan. Dan iman sejati terbukti dalam nyala api, dan nyala api itu tidak meruntuhkan iman yang sejati. Nyala api hanya menunjukkan jenis iman apa yang ada padamu.

Apakah perkataan ini membuatmu ‘ngambek’ ? C’mon Tuhan bahkan belum mulai dengan nyala api sesungguhnya…

Parl,Ev