Visionary, not just a [materially] blessed life

Where there is no vision, the people perish..

(Ams 29:18a)

Kita bisa punya kehidupan yg diberkati, dengan makan manna tiap hari, minum air yg keluar dr batu tiap hari, berpayungkan tiang awan tiap siang terik dan berselimutkan tiang api tiap malam nan beku..
Ya! tiap hari!

Tetapi pada hakekat yg sebenarnya sedang berputar2 selama berpuluh2 tahun tanpa pernah sadar, Anda sedang TIDAK kemana – mana. You are lost in the middle of nowhere! Tanpa sebuah kesadaran akan tujuan Illahi dalam kekeristenan Saudara. Tanpa pernah menyebrang ke tanah perjanjian. Tanpa mewarisi apapun. Dan yg paling menyedihkannya adalah, tanpa peduli lagi dengan janji itu.

“Persetan dengan itu! This is my own blessed life!,” Kata semua bangsa itu. Yet, pada akhirnya generasi seperti ini telah mati dalam pengembaraan mereka, tanpa pernah diingat, dan tulang2 mereka berhamparan di padang pengembaraan tanpa pernah ada satupun yg akan berziarah kepada mereka kelak. Mereka mati di negeri antah – berantah. Berlalu, hilang lenyap seperti embun dihempaskan angin. They are perished! (Yosua 5:6)

Mereka mati, hingga muncul generasi baru yaitu generasi yg telah bersih dr bayangan kenikmatan palsu Mesir, dan generasi yg telah dididik sejak lahirnya untuk berperang dan menduduki Tanah Perjanjian, yaitu generasi Yosua. Generasi yg dipimpin para pemberani semacam Yosua dan Caleb. Dua orang yg jauh dr kata pengecut, para petarung kehidupan, para visionary yang berani mengorbankan bahkan nyawa mereka sendiri demi genapnya janji Allah. Generasi yg bergerak maju (bukan berputar2 lagi) dan mencetak sejarah. Generasi yang mewarisi tanah perjanjian. Negeri milik mereka sendiri yang berlimpah2 susu dan madunya. Negeri dimana mereka akan berketurunan untuk selama – lamanya dan Tuhan tampil bersinar di tengah2 mereka. Sebuah generasi dengan tujuan, dan generasi yang mencapai visi!

Rekan2, tujuan akhir kekristenan kita bukanlah kesenangan/ kesejahteraan manusia, bukanlah keluarga yg bahagia, rekening yg gendut ataupun jenjang karir yang penuh promosi demi promosi. The happiness of man is not the main goal of Christianity. The happiness of man is the main goal of humanism. Dan Kekristenan bukanlah humanisme. Akhir hidup para rasul dan jemaat perdana yg penuh penderitaan dan aniaya, jauh dari tujuan humanisme. Tujuan kekristenan adalah kemuliaan Tuhan! Maka dengan hidup yg telah ditebus ini, muliakanlah Tuhan. Genapilah visi yg dianugerahkanNya padamu sejak mahasiswa.

Kita mungkin berkata, kan apapun yg kita lakukan kita bisa lakukan seperti untuk Tuhan dan bukan manusia (Kol 3:23). Betul, tetapi ingatlah Dia juga berikan amanat untuk setiap murid Kristus untuk pergi dan bersaksi hingga ke ujung2 bumi. Dia juga telah membabtis kita dengan Roh Kudus untuk tujuan yg engkau dan saya juga telah ketahui persis. Dia juga berikan kita visi untuk memberkati kampus2, Indonesia sampai ke bangsa2. Jadi ingatlah juga ayat yg suka kita pakai untuk membenarkan diri, yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan! Apakah itu hanya untuk orang2 tertentu saja? kalau begitu buat apa, di dalam kedaulatanNya dia pernah menempatkanmu dalam kumpulan orang yg mewarisi visi itu sejak di kampus? Buat apa kita pernah menjadi pekerja, pemurid dan misi selama di kampus? Apakah Tuhan salah orang?

Mari tetap menjadi seorang visionary, sekalipun kita telah alumni, karena memang tujuan kealumnian kita adalah untuk lebih lagi menggenapi panggilanNya. Motto kita tidak pernah berubah, we are blessed to be a blessings. Mari muliakan Tuhan dengan kealumnianmu, dan juga mari usahakan agar setiap kampus, dan suku bangsa juga kelak akan memuliakan Tuhan KARENA HIDUPMU!

Burn us again with Your heart Lord so we hear and obey the calling to the tribes..

2 comments

  1. sandrosirait · July 17, 2016

    Thank you for writing this

    • royantonapitupulu · July 17, 2016

      My pleasure

Leave a comment